Anakku FIQAR, ( 2 Tahun + 9 Bulan ) Lagi Terserang Cacar Air, Sejak Pulang Dari Rumah Mertuaku Saat Liburan Idul Fitri 1432H Sekitar 29 Agustus s/d 02 September 2011.
Awalnya Demam Biasa, Memang Sudah Ada Bentol-Bentol Merah pada Bagian Pahanya, Tapi disangkanya Cuma Alergi Popok, Soalnya PopokNya di ganti ke Popok yang Lebih Ekonomis :)
Namanya Anak-Anak, paling Tidak Bisa Di Larang, Sudah Di Bilangin Nggak Bisa Mandi, Eh malah Ke Kamar Mandi Sendiri, Berendam lagii.... Jadinya Demamnya Tambah Tinggi, dan Keesokan Harinya, Bentol-Bentolnya makin Banyak, Seperti Jerawat dan Berair, Karena Panik, Ku minta Suamiku Menelepon Ibu Mertuaku dan Di Sarankan Menggunakan Ramuan Kesumba Bugis. Karena Aku Bukan Orang Bugis - Makassar, makanya Aku Cari Informasi di Internet dan Menemukan Sejumlah Artikel Yang Aku Harap Bisa Membantu.
TENTANG CACAR AIR
Cacar air, dikenal juga dengan nama Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Pada kasus yang lebih berat, kadang disertai nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Dikemudian hari timbullah bintik kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang akan terlepas dengan sendirinya. Tapi, meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap. Bercak ini lama-kelamaan akan pudar dan tidak akan meninggalkan bekas.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk, dan butuh tidak segera mengering. Kondisi ini dapat memicu infeksi bakteri pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Runyamnya jika penderita sudah dewasa atau berusia belia, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Selain pengobatan medis, masyarakat Indonesia juga masih sering mengobati penyakit cacar ini dengan ramuan tradisional. Dalam ilmu pengobatan Bugis – Makassar setidaknya ada dua jenis ramuan untuk mengobati penyakit ini. Diantaranya ;
Kasumba Bugis
Kasumba dalam bahasa Makassar, atau Kesumba dalam Bahasa Bugis. adalah pucuk bunga yang diyakini dan terbukti mampu mengobati penyakit cacar air. Kesumba sendiri terdiri dari dua jenis :
Sejenis tanaman benalu (Loranthus, suku Loranthaceae), yang menempel (menumpang tumbuh) pada tanaman besar seperti Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), Jeruk Buah (Citrus fruit), Kapuk (Ceiba pentandra), dan tanaman lainnya. Umumnya, untuk mengobati penyakit cacar air, Cippe Lamacui yang menempel pada jeruk nipis lebih berkhasiat dibanding yang lainnya.
Uniknya, untuk keperluan pengobatan, benalu ini harus dipetik langsung antara pukul 09.00 – 11.00. Tidak boleh diambil dengan bantuan penjolok/sulur bambu panjang. Mungkin terkesan mistis, tetapi ini adalah Pesan Dari Leluhur, dan Saya Kira ini Tidak Ada Larangan Khusus Dari Agama, Lagi Pula ini kan untuk Pengobatan.
Putik cippe lamacui yang gampang gugur memang sangat beresiko jika diambil dengan bantuan penjolok. Disamping itu, menempelnya embun pagi hari juga sangat mempengaruhi mudahnya sang putik gugur. Sementara, diatas jam 11.00 diperkirakan putik sudah banyak yang hilang akibat diterbangkan angin.
Selama ini banyak yang salah kaprah, dan menganggap Kesumba itu adalah bunga/putik bunga teratai. Makanya, wajar jika ada istilah KESUMBA TERATE. Hal ini dirasa wajar, mengingat bentuk dan bunga serta putik bunga kuma-kuma memang hampir mirip dengan teratai air. Jika teratai air banyak tumbuh didaerah perairan, maka kuma-kuma justru tumbuh didaratan. Kuma-kuma sering juga disebut safron (saffron) adalah tanaman rempah–rempah dari putik bunga Crocus sativus. Bunga kuma-kuma memiliki tiga kepala putik.
Bagian tangkai putik, yang menghubungkan kepala putik dengan bagian bunga paling dalam inilah yang dikeringkan dan disebut saffron. Hasilnya dipakai sebagai bumbu masak dan bahan pewarna. Safron berasal dari Asia Barat Daya, konon sempat menjadi tanaman rempah termahal didunia.
Safron memiliki rasa khas sedikit pahit dan berbau harum seperti iodoform atau rumput kering yang disebabkan zat kimia bernama picrocrocin dan safranal. Safron mengandung crocin, salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat makanan berubah warna menjadi kuning keemasan. Warna kuning terang safron menjadikannya sebagai rempah-rempah yang paling banyak dicari orang di dunia. Dalam pengobatan tradisional, safron digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit.
Cara membuat ramuan Kasumba :
Bunga Kasumba direbus dengan dua gelas air,
bisa pula dengan diseduh air mendidih.
Setelah dingin, minumlah tiga gelas sehari.
merupakan jenis sayuran yang tak asing lagi bagi kita. Paria ( Jawa : Pare; Bugis, Sunda : Paria ), banyak tumbuh di daerah tropis dan mudah di jumpai mulai dari pasar tradisional hingga di supermarket. Khasiat paria selama ini diketahui dari berita yang tersebar dari mulut ke mulut. Sejak zaman dahulu, oleh bangsa Cina, Paria digunakan sebagai obat penurun panas, diare, serta penangkal keracunan makanan. Selain itu paria juga dapat mengatasi terganggunya nafsu makan terutama pada saat udara terasa panas sehingga paria sangat cocok bila dimasak pada saat musim kemarau.
Mengkonsumsi sayur paria akan sangat membantu daya imunitas tubuh untuk melawan virus cacar yang menyerang tubuh. Sementara ramuan daun Paria diyakini dan telah dibuktikan oleh Pengobatan Tradisional Bugis mampu menghilangkan bekas bopeng/kroteng di kulit yang tadinya ditumbuhi gelumbung cacar. Hal ini dikarenakan besarnya kandungan Vitamin C dalam buah dan daun Paria. Vitamin C yang terkandung di dalam 100 gram paria sekitar 120 ml.
Vitamin C ini berfungsi untuk menjaga kecantikan kulit, yaitu mencegah kerusakan kulit yang diakibatkan oleh sengatan ultra violet. Berarti, paria juga mampu mencegah munculnya noda hitam dan kerutan pada wajah. Ini pulalah yang mendasari kenapa masyarakat Bugis menggunakan ramuan daun paria sebagai obat cacar.
Ambillah beberapa lembar daun Paria
irisan dua siung bawang merah,
sejumput garam kristal,
5 sendok minyak goreng kelapa.
Remas hingga menjadi satu,
hingga garamnya lumer bersama minyak gorengnya.
Getah daun Paria yang telah menyatu dengan minyak goreng tadi,
dioleskan kesekujur tubuh penderita cacar.
Ingat !!! jangan hanya dioleskan pada daerah yang kena cacar,
melainkan disekujur tubuh.
Nah Bunda Herlin Harap, ini Bisa Menjadi Bahan Rujukan Untuk Penderita Cacar, Sampai Jumpa di Artikel Berikutnya.
Wassalam
<<< Kembali Keatas
Awalnya Demam Biasa, Memang Sudah Ada Bentol-Bentol Merah pada Bagian Pahanya, Tapi disangkanya Cuma Alergi Popok, Soalnya PopokNya di ganti ke Popok yang Lebih Ekonomis :)
Namanya Anak-Anak, paling Tidak Bisa Di Larang, Sudah Di Bilangin Nggak Bisa Mandi, Eh malah Ke Kamar Mandi Sendiri, Berendam lagii.... Jadinya Demamnya Tambah Tinggi, dan Keesokan Harinya, Bentol-Bentolnya makin Banyak, Seperti Jerawat dan Berair, Karena Panik, Ku minta Suamiku Menelepon Ibu Mertuaku dan Di Sarankan Menggunakan Ramuan Kesumba Bugis. Karena Aku Bukan Orang Bugis - Makassar, makanya Aku Cari Informasi di Internet dan Menemukan Sejumlah Artikel Yang Aku Harap Bisa Membantu.
TENTANG CACAR AIR
Cacar air, dikenal juga dengan nama Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Pada kasus yang lebih berat, kadang disertai nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Dikemudian hari timbullah bintik kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang akan terlepas dengan sendirinya. Tapi, meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap. Bercak ini lama-kelamaan akan pudar dan tidak akan meninggalkan bekas.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk, dan butuh tidak segera mengering. Kondisi ini dapat memicu infeksi bakteri pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Runyamnya jika penderita sudah dewasa atau berusia belia, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Selain pengobatan medis, masyarakat Indonesia juga masih sering mengobati penyakit cacar ini dengan ramuan tradisional. Dalam ilmu pengobatan Bugis – Makassar setidaknya ada dua jenis ramuan untuk mengobati penyakit ini. Diantaranya ;
Kasumba Bugis
Kasumba dalam bahasa Makassar, atau Kesumba dalam Bahasa Bugis. adalah pucuk bunga yang diyakini dan terbukti mampu mengobati penyakit cacar air. Kesumba sendiri terdiri dari dua jenis :
Sejenis tanaman benalu (Loranthus, suku Loranthaceae), yang menempel (menumpang tumbuh) pada tanaman besar seperti Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), Jeruk Buah (Citrus fruit), Kapuk (Ceiba pentandra), dan tanaman lainnya. Umumnya, untuk mengobati penyakit cacar air, Cippe Lamacui yang menempel pada jeruk nipis lebih berkhasiat dibanding yang lainnya.
Uniknya, untuk keperluan pengobatan, benalu ini harus dipetik langsung antara pukul 09.00 – 11.00. Tidak boleh diambil dengan bantuan penjolok/sulur bambu panjang. Mungkin terkesan mistis, tetapi ini adalah Pesan Dari Leluhur, dan Saya Kira ini Tidak Ada Larangan Khusus Dari Agama, Lagi Pula ini kan untuk Pengobatan.
Putik cippe lamacui yang gampang gugur memang sangat beresiko jika diambil dengan bantuan penjolok. Disamping itu, menempelnya embun pagi hari juga sangat mempengaruhi mudahnya sang putik gugur. Sementara, diatas jam 11.00 diperkirakan putik sudah banyak yang hilang akibat diterbangkan angin.
Selama ini banyak yang salah kaprah, dan menganggap Kesumba itu adalah bunga/putik bunga teratai. Makanya, wajar jika ada istilah KESUMBA TERATE. Hal ini dirasa wajar, mengingat bentuk dan bunga serta putik bunga kuma-kuma memang hampir mirip dengan teratai air. Jika teratai air banyak tumbuh didaerah perairan, maka kuma-kuma justru tumbuh didaratan. Kuma-kuma sering juga disebut safron (saffron) adalah tanaman rempah–rempah dari putik bunga Crocus sativus. Bunga kuma-kuma memiliki tiga kepala putik.
Bagian tangkai putik, yang menghubungkan kepala putik dengan bagian bunga paling dalam inilah yang dikeringkan dan disebut saffron. Hasilnya dipakai sebagai bumbu masak dan bahan pewarna. Safron berasal dari Asia Barat Daya, konon sempat menjadi tanaman rempah termahal didunia.
Safron memiliki rasa khas sedikit pahit dan berbau harum seperti iodoform atau rumput kering yang disebabkan zat kimia bernama picrocrocin dan safranal. Safron mengandung crocin, salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat makanan berubah warna menjadi kuning keemasan. Warna kuning terang safron menjadikannya sebagai rempah-rempah yang paling banyak dicari orang di dunia. Dalam pengobatan tradisional, safron digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit.
Cara membuat ramuan Kasumba :
Bunga Kasumba direbus dengan dua gelas air,
bisa pula dengan diseduh air mendidih.
Setelah dingin, minumlah tiga gelas sehari.
merupakan jenis sayuran yang tak asing lagi bagi kita. Paria ( Jawa : Pare; Bugis, Sunda : Paria ), banyak tumbuh di daerah tropis dan mudah di jumpai mulai dari pasar tradisional hingga di supermarket. Khasiat paria selama ini diketahui dari berita yang tersebar dari mulut ke mulut. Sejak zaman dahulu, oleh bangsa Cina, Paria digunakan sebagai obat penurun panas, diare, serta penangkal keracunan makanan. Selain itu paria juga dapat mengatasi terganggunya nafsu makan terutama pada saat udara terasa panas sehingga paria sangat cocok bila dimasak pada saat musim kemarau.
Mengkonsumsi sayur paria akan sangat membantu daya imunitas tubuh untuk melawan virus cacar yang menyerang tubuh. Sementara ramuan daun Paria diyakini dan telah dibuktikan oleh Pengobatan Tradisional Bugis mampu menghilangkan bekas bopeng/kroteng di kulit yang tadinya ditumbuhi gelumbung cacar. Hal ini dikarenakan besarnya kandungan Vitamin C dalam buah dan daun Paria. Vitamin C yang terkandung di dalam 100 gram paria sekitar 120 ml.
Vitamin C ini berfungsi untuk menjaga kecantikan kulit, yaitu mencegah kerusakan kulit yang diakibatkan oleh sengatan ultra violet. Berarti, paria juga mampu mencegah munculnya noda hitam dan kerutan pada wajah. Ini pulalah yang mendasari kenapa masyarakat Bugis menggunakan ramuan daun paria sebagai obat cacar.
Ambillah beberapa lembar daun Paria
irisan dua siung bawang merah,
sejumput garam kristal,
5 sendok minyak goreng kelapa.
Remas hingga menjadi satu,
hingga garamnya lumer bersama minyak gorengnya.
Getah daun Paria yang telah menyatu dengan minyak goreng tadi,
dioleskan kesekujur tubuh penderita cacar.
Ingat !!! jangan hanya dioleskan pada daerah yang kena cacar,
melainkan disekujur tubuh.
Nah Bunda Herlin Harap, ini Bisa Menjadi Bahan Rujukan Untuk Penderita Cacar, Sampai Jumpa di Artikel Berikutnya.
Wassalam
<<< Kembali Keatas
No comments:
Post a Comment